Minggu, 17 Juni 2012



Nama: Muji Riyantoro
NPM: 31109537
Kelas: 3DB21
Mata Kuliah: Terapan Komputer Perbankan #
Fakultas: Program Diploma Tiga
Jurusan: D3-Manajemen Informatika
Dosen: Tisa Maharani
KD-MK: AK013214

Tugas Tulisan Softskill Semester 6

Ketika kita membicarakan atau ingin mengukur tingkat kesehatan suatu bank, kita dapat mengetahuinya dengan cara menganalisis statistik perbankan dengan menggunakan analisis CAMEL. Analisis CAMEL sendiri mengukur tingkat kesehatan bank berdasarkan lima aspek utama, yaitu capital, asset, management, earning, dan liquidity.
Ketika dianalisis lebih jauh, kita dapat mengetahui bahwa jika salah satu aspek tersebut terganggu, maka kesehatan bank juga akan terganggu dan mempengaruhi berbagai hal, baik di bidang perbankan maupun bukan perbankan. Kali ini, marilah kita menganalisis tentang pengaruh asset atau aktiva produktif jauh lagi.
Sebelumnya, kita harus mengetahui apa definisi dari aktiva produktif tersebut. Menurut Bank Indonesia, aktiva produktif adalah penanaman dana Bank baik dalam Rupiah maupun Valuta Asing dalam bentuk kredit, Surat Berharga, Penempatan Dana Antar Bank Penyertaan, termasuk komitmen dan kontinjensi pada transaksi rekening administratif. Penanaman aktiva produktif ini juga wajib dilaksanakan dengan prinsip kehati-hatian.
Pada dasarnya, di dalam aktiva produktif ini terdapat empat unsur utama sebagai berikut.
  • Kredit yang diberikan
  • Penempatan dana pada bank lain
  • Surat berharga
  • Penyertaan modal
kualitas aktiva produktif ini dapat ditetapkan dengan dasar prospek usaha, kondisi
keuangan dan kemampuan membayar nasabah. Aktiva produktif ini juga wajib dijaga oleh pihak bank yang bersangkutan agar bank selalu siap menghadapi resiko kerugian dan memungkinkan bank agar tetap sehat.
Selanjutnya, marilah kita lihat statistik aktiva produktif yang di dapat dari website Bank Indonesia. (Data bisa di download di http://www.bi.go.id/web/id/Statistik/Statistik+Perbankan/Statistik+Perbankan+Indonesia/)
Berdasarkan data diatas, kita bisa melihat bahwa jumlah aktiva produktif yang dimiliki oleh bank umum secara keseluruhan cenderung meningkat dari waktu ke waktu. Sebagai contoh, pada tahun 2006 jumlah aktiva produktif bank umum adalah 1.585.103 (dalam miliar rupiah), kemudian di bulan Januari 2012, total aktiva produktif telah meningkat dua kali lipat lebih menjadi 3.330.099 (dalam miliar rupiah).  Kenaikan aktiva produktif ini kemudian secara langsung maupun tidak menandakan bahwa tingkat kesehatan bank umum di Indonesia sangatlah baik.
Kita juga bisa melihat dan membandingkan bahwa jumlah aktiva produktif yang lancar terus meningkat dengan pesat seiring pertumbuhan jumlah keseluruhan aktiva produktif, sebaliknya jumlah aktiva produktif yang kurang lancar, diragukan, bahkan macet memang mengalami peningkatan juga, tetapi jika dibandingkan dengan jumlah keseluruhan, kenaikan ini cenderung stabil atau tidaklah terlalu signifikan.
Peningkatan-peningkatan positif yang terjadi pada akhirnya akan mempengaruhi kemampuan suatu bank untuk menghasilkan laba atau tingkat rentabilitasnya. Tingkat rentabilitas suatu bank sebenarnya diukur dengan nilai ROA (return of asset). Return On Assets (ROA) adalah rasio yang menggambarkan kemampuan dari modal yang diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva, yang bertujuan untuk menghasilkan keuntungan dan berhubungan dengan produktivitas suatu bank.
Lalu mengapa hal tersebut berpengaruh? Sebagai contoh, salah satu cara bank untuk memperoleh profit adalah dengan memberikan atau menyalurkan kredit kepada orang-orang yang membutuhkannya. Sebagai catatan, kredit adalah bagian dari aktiva produktif.
Ketika kredit dikeluarkan, bank harus menanggung resiko kredit yang ada.  Kemudian, jika kredit yang dipinjam macet atau bermasalah, apalagi dalam jumlah yang besar, tingkat return of asset juga akan menurun. Dengan turunnya nilai ROA, hal ini akan berpengaruh terhadap tingkat rentabilitas suatu bank.
Secara sederhana, hal tersebut dapat dijelaskan seperti berikut, jika semua peminjam membayar angsuran kreditnya tepat waktu, bank akan memperoleh keuntungan, sebaliknya ketika kredit tersebut menjadi macet, atau bahkan tidak mungkin ditagih lagi, bank akan mengalami kerugian.  Akhirnya, keuntungan atau kerugian yang dialami bank ini pasti mempengaruhi laporan keuangan bank umum yang bersangkutan.
Referensi tulisan:
MICHAEL ALEXANDER

Tidak ada komentar:

Posting Komentar